Faktor Penyebab Lunturnya Budaya Jawa
1.
Globalisasi
Menurut seorang ahli, globalisasi
merujuk pada naiknya perubahan kegiatan dan proses kemanusiaan yang terjadi
selama dua puluh lima tahun terakhir abad ke-dua puluh. Globalisasi juga
menandakan kenaikan organisasi-organisasi global dalam beraneka ragam bidang,
sekaligus juga negara itu ikut andil pula dalam menghilangkan pengaruh-pengaruh
asing. Globalisasi merupakan proses mempercepat dan membentuk kecepatan skala
mobilitas serta aliran orang-orang, barang-barang, jasa, modal, pengetahuan dan
ide-ide. Globalisasi dibantu oleh kemajuan teknologi menghasilkan batasan waktu
dan tempat, serta penyebaran hidup yang modern, khususnya bagi orang yang
berasal dari negara-negara Barat. Dorongan globalisasi terjadi baik dari
kekuatan militer dan kekuasaan administratif maupun kekuasaan ideologi dan
kebudayaan halus.
Istilah globalisasi ini dapat
merujuk satu proses, konsep atau organisasi dimanapun yang memiliki potensi
atau keinginan berada pada skala global. Arti yang sejati dari globalisasi
dapat diinterpretasi mengenai apapun yang ingin mencari identitasnya pada skala
global. Oleh karena itu, konsep-konsep seperti pasar global, undang-undang
global dan kebudayaan global timbul.
Pada tahun 1960-an, seorang
Amerika bernama Marshall McLuhan pertama kali menciptakan istilah baru ‘desa
global’ (global village). Yang merujuk titik waktu di masa depan dimana segala
masyarakat dan bangsa di dunia akan disatukan melalui partisipasi kolektif
dalam urusan-urusan dunia. Sehingga, sejak zaman itu dunia telah menyaksikan
kemajuan teknologi yang luar biasa yang telah membantu realisasi istilah desa
global ini. Walaupun pada tingkat akar rumput (grassroots) desa global ini
masih belum jadi kenyataan hingga sekarang di banyak negara-negara berkembang
yang ditinggalkan proses global ini.
Globalisasi ekonomik menyebabkan
dampak paling besar terhadap kebudayaan. Karena mampu berdampak dan memengaruhi
cara hidup orang-orang melalui kontrol pasar (market control), gejolak harga,
kompetisi dan lain lain. Dari pandangan psikologi, tak ada masyarakat di dunia
yang akan secara mudah melepaskan diri dari apa yang membuat mereka jadi
‘mereka’. Apabila melihat contoh-contoh dari zaman dulu, orang-orang akan
berkelahi atau berperang untuk melestarikan identitasnya. Meskipun begitu, ada
beberapa aspek kebudayaan yang tak dapat diabaikan. Seperti daya tarik
kebudayaan populer yang sangat menarik bagi cukup banyak orang sekarang ini dan
memiliki potensi untuk mengganggu orang-orang dari aspek-aspek kebudayaan
mereka yang tradisional. Kaum muda pada khususnya adalah kelompok yang mudah
dipengaruhi citra dan pesona yang disediakan kebudayaan populer. Hal ini
merupakan contoh, dimana beberapa pengaruh dapat dicampur karena bukan saja
globalisasi yang berdampak pada kebudayaan, tetapi juga media massa yang
dipakai untuk menyampaikan kebudayaan populer ini.Untuk masyarakat jawa,
globalisasi tidak begitu berdampak besar pada bidang ekonomi karena kebanyakan
barang-barang dijual dan dibeli di pasar-pasar lokal, khususnya barang-barang
pertanian, walaupun di kota modern dampaknya tak dapat mutlak diabaikan. Dari
pendapat masyarakat, khususnya yang memiliki upah rendah, globalisasi adalah
sesuatu yang mampu berdampak besar pada cara hidup mereka. Ada yang berfikir
globalisasi adalah kemajuan zaman, namun ada yang mengatakan globalisasi tak
bisa dihindari sehingga agak mengkhawatirkan untuk masa depan mereka. Bagi
beberapa responden, globalisasi erat terkait dengan penyebaran teknologi
informasi dan internet yang pasti akan berdampak pada kebudayaan.
Ada beberapa explanasi yang
menjelaskan mengapa orang-orang ingin menyampaikan pendapat-pendapatnya akan
globalisasi dalam konteks negatif. Pertama, mereka merasa takut salah atau
kurang mengerti pokok globalisasi dan bagaimana berdampak pada
masyarakat-masyarakat. Kedua, karena globalisasi sering kali dipandang selaras
dengan modernisasi, turisme dan media massa. Sehingga globalisasi dipandang
sebagai pengaruh terbesar yang berdampak pada seluruh aspek kehidupan mereka.
Ketiga, ketakutan ini mungkin berasal dari sikap tebaklah dimana orang-orang
memandang globalisasi sebagai sesuatu yang begitu besar dan tak dapat dihindari
sehingga memunculkan perasaaan kesal dan gusar.
Globalisasi merupakan penyebab
lunturnya kebudayaan Jawa yang memiliki potensi membawa manfaat atau kerusakan
bagi kebudayaan dimanapun di dunia ini, terutama bagi kebudayaan Jawa. Namun,
di dalam istilah globalisasi ini, jika dilihat dari perspektif kebudayaan tidak
membawa ancaman besar. Pada intinya, globalisasi itu satu istilah yang dipakai
untuk menjelaskan arah dan tujuan pengaruh-pengaruh lain yang berada di dunia
seperti modernisasi dan media massa yang menyebabkan kecanggihan komunikasi dan
transportasi. Oleh karena itu, globalisasi pertama kali dikenal sebagai
perkenalan untuk pengaruh-pengaruh lain yang berada antara masyarakat Jawa yang
memiliki ciri-ciri lebih spesifik dan lebih mudah untuk mengidentifikasikan
akibat-akibat yang mungkin pada kebudayaan.