Minggu, 29 Juli 2012

Lunturnya Nilai Budaya

Lunturnya Nilai Budaya

Nilai-nilai budaya lokal dewasa ini kian luntur, bahkan menghilang di masyarakat. Kecenderungan ini hampir terlihat dalam pelbagai peri-kehidupan, baik sosial, politik, maupun hukum. Diperlukan buda yawan tangguh sebagai katalisator perubahan zaman.

Hal itu mengemuka di dalam Diskusi bertajuk "Budayawan di Tengah Arus Zaman", Senin (2/11) di Bale Rumawat, Universitas Padjadjaran. Diskusi untuk mengenang penyair WS Rendra ini dihadiri pem bicara Rektor Unpad Ganjar Kurnia, budayawan Acil Bimbo, dan dosen Unpad Yesmil Anwar serta Miranda Risang Ayu.

Secara gamblang, Acil Bimbo mengatakan, masyarakat kita saat ini tengah mengalami kerusakan dari sisi budaya. Yang lebih dominan muncul saat ini adalah karakter egois, individualis, konsumtif, kehilangan nasionalisme, krisis kreatif dalam berseni. Nilai-nilai budaya makin tergeser, ucap pendiri Bandung Spirit ini.

Ia pun khawatir, anekdot yang menyatakan, Jika ingin merusak bangsa, hancurkan saja budayanya kini betul-betul tengah terjadi. 

"Dulu, Bandung dikenal sebagai kota budaya, kota intelektual dan kota perjuangan. Hari ini, itu semua telah berubah. Yang terlihat hanya Bandung kota outlet," ucapnya mencontohkan lebih dominannya faktor ekonomi daripada unsur budaya saat ini.

Menurutnya, lunturnya budaya secara tidak langsung dipengaruhi oleh perilaku televisi kita. Budaya di TV mendapatkan porsi yang sangat minimal dengan alasan rendahnya rating. "Dewasa ini, lebih berharga gosip dan sinetron ketimbang tontonan budaya," ucapnya.

Lebih parah lagi, lunturnya nilai-nilai budaya terjadi pula di kehidupan hukum. "Sekarang, tolong tunjuk tangan, apakah ada yang hadir di sini tidak normal, memproses SIM tidak dengan cara nembak? Inilah ironi budaya hukum kita. Yang tidak nembak, justru dianggap tidak normal," ucapnya.

Budaya kesadaran hukum masyarakat, ucap dosen Fakultas Hukum Unpad ini, kini berada di titik terendah, kalau tidak bisa dikatakan sudah mati. Para pelanggar ironisnya justru para pembuat hukum. "Budaya kita tidak jalan karena nuansa politiknya lebih kuat," ucapnya.

Mercu suar

Menurutnya, masyarakat Indonesia saat ini membutuhkan sosok seperti Soekarno yang bisa menjadi mercu suar bidang hukum. Budayawan, menurutnya, bisa menjadi layaknya oksigen yang vital di dalam tubuh. "Salah satu budayawan besar yang patut kita tiru adalah Rendra," tutur Acil Bimbo.

Untuk bisa menjadi panutan masyarakat, Ganjar Kurnia mengatakan, budayawan dan seniman dituntut lebih aktif di masyarakat. Tidak lagi asyik hidup dengan dunianya sendiri. Perguruan tinggi seperti Unpad bisa menjadi lembaga ideal yang mengawal proses perubahan di masyarakat.

Tidak ketinggalan, Miranda Ayu juga ikut menekankan arti pentingnya budayawan dalam kehidupan hukum masyarakat. "Masyarakat kita membutuhkan orang yang berkarakter yang bisa dijadikan panutan. Budayawan adalah orang yang tepat karena mereka peka dengan nilai-nilai. Mereka bukan hanya sebagai pemberi cahaya, melainkan juga memberi alternatif-alternatif pemecahan suatu persoalan," tuturnya.

Dalam acara ini, Acil Bimbo sempat menyanyikan Lagu Jual Beli yang liriknya diambil dari puisi Taufiq Ismail. ..."Semua telah terjual, semua telah tergadai. Masih ada satu barangkali , yaitu harga diri dan kehormatan. Tetapi, ketika dicari, tidak ada lagi, tidak ada lagi."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar