Nilai-nilai budaya lokal dewasa
ini kian luntur, bahkan menghilang di masyarakat. Kecenderungan ini hampir
terlihat dalam pelbagai peri-kehidupan, baik sosial, politik, maupun hukum.
Diperlukan buda yawan tangguh sebagai katalisator perubahan zaman.
Hal itu mengemuka di dalam
Diskusi bertajuk "Budayawan di Tengah Arus Zaman", Senin (2/11) di Bale
Rumawat, Universitas Padjadjaran. Diskusi untuk mengenang penyair WS Rendra ini
dihadiri pem bicara Rektor Unpad Ganjar Kurnia, budayawan Acil Bimbo, dan dosen
Unpad Yesmil Anwar serta Miranda Risang Ayu.
Secara gamblang, Acil Bimbo
mengatakan, masyarakat kita saat ini tengah mengalami kerusakan dari sisi
budaya. Yang lebih dominan muncul saat ini adalah karakter egois, individualis,
konsumtif, kehilangan nasionalisme, krisis kreatif dalam berseni. Nilai-nilai
budaya makin tergeser, ucap pendiri Bandung Spirit ini.
Ia pun khawatir, anekdot yang
menyatakan, Jika ingin merusak bangsa, hancurkan saja budayanya kini
betul-betul tengah terjadi.
"Dulu, Bandung dikenal
sebagai kota budaya, kota intelektual dan kota perjuangan. Hari ini, itu semua
telah berubah. Yang terlihat hanya Bandung kota outlet," ucapnya
mencontohkan lebih dominannya faktor ekonomi daripada unsur budaya saat ini.
Menurutnya, lunturnya budaya secara
tidak langsung dipengaruhi oleh perilaku televisi kita. Budaya di TV
mendapatkan porsi yang sangat minimal dengan alasan rendahnya rating.
"Dewasa ini, lebih berharga gosip dan sinetron ketimbang tontonan
budaya," ucapnya.
Lebih parah lagi, lunturnya nilai-nilai
budaya terjadi pula di kehidupan hukum. "Sekarang, tolong tunjuk tangan,
apakah ada yang hadir di sini tidak normal, memproses SIM tidak dengan cara
nembak? Inilah ironi budaya hukum kita. Yang tidak nembak, justru dianggap
tidak normal," ucapnya.
Budaya kesadaran hukum
masyarakat, ucap dosen Fakultas Hukum Unpad ini, kini berada di titik terendah,
kalau tidak bisa dikatakan sudah mati. Para pelanggar ironisnya justru para
pembuat hukum. "Budaya kita tidak jalan karena nuansa politiknya lebih kuat,"
ucapnya.
Mercu suar
Menurutnya, masyarakat Indonesia
saat ini membutuhkan sosok seperti Soekarno yang bisa menjadi mercu suar bidang
hukum. Budayawan, menurutnya, bisa menjadi layaknya oksigen yang vital di dalam
tubuh. "Salah satu budayawan besar yang patut kita tiru adalah
Rendra," tutur Acil Bimbo.
Untuk bisa menjadi panutan
masyarakat, Ganjar Kurnia mengatakan, budayawan dan seniman dituntut lebih
aktif di masyarakat. Tidak lagi asyik hidup dengan dunianya sendiri. Perguruan
tinggi seperti Unpad bisa menjadi lembaga ideal yang mengawal proses perubahan
di masyarakat.
Tidak ketinggalan, Miranda Ayu
juga ikut menekankan arti pentingnya budayawan dalam kehidupan hukum
masyarakat. "Masyarakat kita membutuhkan orang yang berkarakter yang bisa
dijadikan panutan. Budayawan adalah orang yang tepat karena mereka peka dengan
nilai-nilai. Mereka bukan hanya sebagai pemberi cahaya, melainkan juga memberi
alternatif-alternatif pemecahan suatu persoalan," tuturnya.
Dalam acara ini, Acil Bimbo
sempat menyanyikan Lagu Jual Beli yang liriknya diambil dari puisi Taufiq
Ismail. ..."Semua telah terjual, semua telah tergadai. Masih ada satu
barangkali , yaitu harga diri dan kehormatan. Tetapi, ketika dicari, tidak ada
lagi, tidak ada lagi."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar